JANGAN
membuang sampah sembarangan. Bukan hanya memerhatikan tempat sampah, tetapi juga
memilih tempatnya untuk jenis sampah, basah, kering, pecah belah, kertas dan
lain-lain. Namun, kita acapkali mencampur aduk untuk tak membuat repot. Padahal
keabaian ini akan merepotkan orang lain dan proses daur ulang (recycle).
Ketergesaan membuat kita repot di kemudian.
FJPL SULTENG
Forum Jurnalis Peduli Lingkungan Sulawesi Tengah
Selasa, 14 Agustus 2012
Sampah, Masalah atau Berkah?
SETIAP hari, sebagian besar dari kita, terutama yang
hidup dikota besar, apapun status sosialnya, dari golongan mana kita berasal,
seberapapun besarnya tingkat pendapatan kita, akan sangat sulit untuk
menghindarkan diri dari ‘tidak menghasilkan sampah‘
dalam berkegiatan sehari hari.
Ketika kita sedang di jalan dan merasakan haus, hal
termudah yang biasanya kita lakukan adalah membeli minuman instant yakni ‘air
mineral bermerek’ yang dikemas dalam botol plastik yang bisa kita dapatkan
dengan mudahnya di pinggir jalan melalui pedagang kaki lima ataupun di toko
retail modern yang saat ini semakin mudah kita jumpai di sepanjang jalan.
Setelah kita menenggak habis minuman tersebut maka akan
ada yang akan tetap tersisa karena tidak habis kita konsumsi yakni botol
kemasannya, sebagian dari kita biasanya akan membuangnya ke tempat sampah,
namun tidak jarang sebagian orang akan membuang botol botol ini kemanapun dia
suka ’seenak perutnya sendiri’. Perilaku membuang sampah sembarangan ini
seringkali kita temui di berbagai tempat di pelosok tanah air dan hal ini
bukanlah suatu pemandangan asing bagi kita.
Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka semakin
besar pula tantangan dan dinamikanya dalam hal pengelolaan sampah ini. Kita
dihadapkan dengan beberapa pilihan, membiarkannya, mengelola ’semaunya’, atau
mengelolanya dengan benar.
Sebagian dari sampah ini , contohnya plastik, bersifat
anorganik artinya sulit untuk bisa terurai secara alami, diperlukan waktu yang
lama, bisa ratusan bahkan ribuan tahun untuk dapat terurai, sehingga apabila
tidak segera menanganinya dengan serius maka akan melihat kehancuran lingkungan
dan ekosistem.
Sampah anorganik akan tertanam di dalam tanah selanjutnya
akan menjadikan tanah tercemar dan tidak dapat ditanami, jika dibiarkan mengendap
disungai maka sungai akan sulit mengalir sungai dan mengakibatkan banjir, dan
jika dibiarkan maka sampah sampah akan bermuara di laut dan akan meracuni ikan
ikan yang selanjutnya akan kita konsumsi, tidaklah heran jika saat ini kita
sering mendengar banyak pengidap penyakit yang sangat sulit untuk diobati dan
sebagian penyebabnya karena penanganan yang salah terhadap sampah seperti
dengan membakarnya sehingga dapat mengakibatkan kanker, silahkan simak artikel
berikut http://newscheat.blogspot.com/2012/03/fuel-waste-plastic-can-cause-cancer.html.
Jika kita salah mengelola sampah maka dampaknya sudah
tentu saja akan sangat mengerikan namun sebaliknya jika kita mampu mengelolanya
dengan benar maka dampaknya pun akan memberikan berkah bagi kita. Sampah
organik akan membuat tanah subur jika dikelola menjadi kompos, Michiaki
Shigehiro dengan teknologi plasma arc mampu mengelola sampah menjadi tenaga
listrik, dengan alat biosteam converter mahasiswa Unair Surabaya mampu mengubah
sampah menjadi BBM dan mampu menggerakan becak motor, dengan teknologi
penyulingan Marno Mukti mampu menyulap sampah menjadi BBM alternatif, kemudian
di Desa Badegan, Kabupaten Bantul seorang Bambang Suwerda mampu memberdayakan
ekonomi desa dengan membuat Bank Sampah, masyarakat bahkan bisa mendapatkan
penghasilan tambahan dengan cara menabung sampah pada Bank ini.
Sudah saatnya. Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan)
KITA, LINGKUNGAN dan CSR PERUSAHAAN
KETIKA kita bicara tentang lingkungan di Indonesia,
pikiran kita pastilah tidak terlepas dari bayangan hamparan hutan yang luas
atau perairan Indonesia yang jernih. Tapi sadarkah kamu bahwa hampir seluruh
hutan produksi Indonesia yang luas dan indah tersebut, beserta seluruh sumber
daya alam yang dihasilkannya telah menjadi produk komoditi dan berada dibawah
pengelolaan perusahaan lokal dan internasional? Sadar atau tidak, kitalah yang
membuat perusahaan terus berproduksi dan kita jugalah yang wajib untuk
memastikan bahwa apa yang kita butuhkan tidak membawa kerusakan berkepanjangan
pada alam tercinta kita.
Berkaitan dengan hal di atas, apakah kamu pernah
mendengar tentang apa itu CSR atau Corporate Social Responsibility? Di
Indonesia kita biasa menyebutnya dengan istilah “Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan”. Istilah ini bukanlah hal yang baru, meski demikian masih sedikit
dari kita yang mengerti pengertian CSR, padahal ketika kita berharap Indonesia
menjadi lebih hijau, perhatian kita tidak bisa terlepas dari keberadaan
perusahaan.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa CSR merupakan
bentuk komitmen perusahaan untuk mempertimbangkan kelestarian alam serta
kelangsungan hidup masyarakat disamping dalam melakukan proses produksi
kesehariannya. Adanya CSR membuat perusahaan harus mempertimbangkan segala
dampak negative dan positif yang akan mereka hasilkan sebelum mengambil suatu keputusan.
Dan CSR juga membuat perusahaan melakukan berbagai bentuk kegiatan di luar
keseharian dari bidangnya sebagai bentuk persembahan bagi lingkungan dan
masyarakat.
Misalnya, Aqua dengan program 1 liter air untuk 10 liter
air, PT Djarum dengan CSR pendidikan. Namun disini kita harus pisahkan antara
bentuk tanggung jawab perusahaan, kedermawanan perusahaan dan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR). Misalnya saja, proses reklamasi atau penanaman hutan
kembali bagi perusahaan tambang, yang kegiatannya tidak terlepas dari
pembabatan hutan, merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan. Bentuk kontrol
polusi pabrik juga bukan merupakan CSR, hal ini disebut sebagai tanggung jawab
perusahaan, karenanya dapat terukur dan dipertanggung-jawabkan dalam laporan
Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedang kedermawanan perusahaan biasanya kita
jumpai dengan bentuk sponsorship.
Untuk lebih jelasnya, kita dapat mengambil program CSR
Aqua yang terkenal dengan sebutan “Satu untuk Sepuluh” sebagai kajian. Aqua
melalui program ini berkomitmen untuk menyediakan sumber air bersih yang
terjangkau bagi masyarakat pedalaman, khususnya di Papua setiap kali terdapat
pembelian air mineral Aqua. Konsep CSR tentu akan sangat berguna bagi
masyarakat di pedalaman yang sulit menemukan sumber air bersih. Dan sebagian
besar masayarakat pedalaman sudah menikmati program CSR ini. Namun jika dilihat
lebih dalam, CSR Aqua juga tidak sedikit mendatangkan profit bagi pihak Aqua.
Mengapa? CSR yang dilakukan secara voluntary atau
sukarela oleh perusahaan pada dasarnya tidak benar-benar menunjukan bahwa
perusahaan sungguh peduli pada masyarakat dan lingkungan. CSR bagi perusahaan
adalah sebuah strategi yang membawa sustainability atau keberlanjutan
bagi masyarakat juga membawa sustainability bagi perusahaan. CSR
merupakan citra dan branding yang dapat diangkat perusahaan dalam memasarkan
produknya. Kita tentu akan lebih menghargai keberdaan perusahaan yang tampak
peduli dibanding dengan perusahaan yang secara terus menerus merusak hutan
tanpa memberikan tanggung jawab. Dalam hal ini, CSR mendatangkan profit yang
lebih bagi perusahaan.
CSR juga merupakan bentuk justifikasi atau pembenaran
perusahaan mengenai bagaimana ia telah beroperasi sejauh ini dan bagaimana
keberadaannya juga telah membawa keuntungan besar bagi masyarakat dan
lingkungan. Dari segi ini, kita melihat bahwa CSR lebih menjadi senjata bagi
perusahaan untuk melindungi dirinya. Terlebih lagi, CSR sepertinya juga
dijadikan sebagai bentuk penyeimbang atas sejumlah permasalahan yang timbul
akibat aktifitas perusahaan.
Mengapa kita perlu memahami adanya CSR? Seperti yang
sudah disinggung, tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan secara voluntary.
Hal ini berarti perusahaan bebas dalam menentukan apa dan bagaimana perusahaan
akan melaksanakan CSRnya. Karenanya, perusahaan tidak berkewajiban untuk
melaporkan program CSRnya kepada lembaga tertentu. Berbeda dengan tanggung
jawab perusahaan kepada lingkungan yang secara berkala dilaporkan kepada
Kementrian Lingkungan Hidup dalam laporan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL).
Karenanya kita yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakatlah yang lebih
berkewajiban dalam memperhatikannya. Kita wajib memastikan apakah CSR yang
dijadikan branding suatu perusahaan benar dilaksanakan dengan baik. Siapa dari
kita yang saat ini bisa memastikan bahwa air bersih sungguh dapat diakses
masyarakat?
Sebagai konsumen dan pemerhati lingkungan, memperhatikan
produk yang kita konsumsi dan bagaimana produk tersebut diciptakan adalah suatu
hal yang penting. Kita tentu pernah mendengar bagaimana sejumlah besar orang
pernah melakukan boikot terhadap perusahaan yang terbukti menggunakan primata
sebagai bahan percobaan. Begitu pula yang dapat kita lakukan bagi lingkungan.
Mengetahui CSR akan membawa kita pada pengenalan terhadap apa dan bagaimana
suatu produk dihasilkan. Dan dengan pengetahuan dan pengenalan yang lebih luas
lagi, diharapkan kita akan lebih mampu untuk menjaga lingkungan dan bumi kita
tercinta ini.
Adinda M. Aksari
Ketika Permukaan Bumi Berwarna-warni
DULU Sewaktu orang Jawa bertanya pada saya di mana rumah
saya, saya menjawabnya Kalimantan. Spontan pikiran mereka tertuju pada hutan
belantara. Maklum, waktu itu di daerah saya memang masih di penuhi hutan di
sana-sini, khususnya hutan tanaman kecil ( semak belukar ). Karena di daerah
saya sebagian besar adalah lahan gambut ( tanah gembur yang berair/rawa ).
Tapi kini semuanya telah berubah 120 derajat. Hutan semak
yang dulu terbentang di belakang kampung saya telah berubah menjadi hamparan
pemukiman penduduk yang begitu ramainya. Tak ada lagi buah-buahan hutan yang
mirip anggur yang biasa kami jadikan cemilan disaat bermain pada masa itu.
Sayapun teringat sebuah artikel yang pernah saya baca.
Bahwa saat ini ada tujuh miliar manusia yang mendiami Bumi dan sudah 43%
permukaan Bumi telah menjelma menjadi wilayah agrikultur atau perumahan. Hmmm,
jumlah yang sangat fantastis. Dan pastinya jumlah tersebut semakin miningkat
lagi setiap tahunya. Dan bisa kita bayangkan, permukaan bumi yang semula
dipenuhi warna hijau karena pepohonan kini telah dipenuhi banyak warna yang
menyebabkan semakin hilangnya keseimbangan Bumi itu sendiri ( bencana global ).
Semakin bertambahnya jumlah penduduk Bumi ini, semakin
meningkat pula polusi udara yang telah menjelma menjadi sosok pembunuh yang
paling sadis bagi warga Bumi. Data dari WHO menyebutkan lebih dari dua juta
orang meninggal karena menghirup udara yang mengandung racun akibat pencemaran
dari produck-produck otomotif dan elektronik yang kita jumpai sehari-hari. Waw,
saya cuma bisa berkata Waw saja. Karena saya tak punya solusinya.
Mungkin anda yang punya solusi untuk Bumi yang semakin
tua ini. Karena saya hanya punya solusi, mari menanam pohon di pekarang rumah
kita. Biarkan rerumputan menghijau di sisi-sisi jalanan. Buanglah sampah pada
tempatnya, dan kurangi memakai alat transportasi berbahan bakar.
Saya sudah mencobanya dengan berjalan kaki dan merawat
dua pohon nangka di halaman rumah saya, bagaimana dengan anda? (sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan)
BERBAGAI permasalahan lingkungan telah terjadi dewasa
ini, baik dalam kawasan kecil maupun global. Banjir, tanah longsor, kekeringan,
polusi udara, anomali iklim, pemanasan global, dan sebagainya adalah sederet
problem lingkungan yang tak asing lagi bagi kita. Semua itu kini tak sekadar
sebuah ancaman, telah menjadi bencana nyata yang telah menelan jutaan korban
jiwa dan harta.
Memang tak bisa dihindari, dalam aktivitas kehidupannya,
manusia akan selalu berinteraksi dengan alam. Manusia membutuhkan sumberdaya
alam untuk menopang kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Mereka menggali sumur untuk
mendapatkan air, mengebor minyak untuk mendapatkan bahan energi, membuka hutan
untuk lahan pemukiman, menangkap ikan di sungai atau laut untuk bahan makanan,
dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bentuk interaksi manusia dengan alam
yang tak bisa dihindarkan. Akibatnya, kerusakan alam sekecil apa pun pasti
terjadi. Persoalannya adalah bagaimana alam ini dapat dimanfaatkan manusia
dengan menekan sekecil mungkin dampak kerusakan lingkungan yang terjadi.
KAPITALISME: BIANG KERUSAKAN LINGKUNGAN
Sebenarnya teori lingkungan sudah berkembang sejak abad ke-18. Perkembangan itu seiring dengan perjalanan hidup manusia yang harus menghadapi persoalan lingkungan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya setelah revolusi industri pada abad ke-17. Akan tetapi, berbagai teori pengelolaan lingkungan yang ada tampak tak mampu mencegah laju kerusakan lingkungan yang terjadi. Kerusakan lingkungan yang awalnya melanda negara-negara maju, sebagai dampak industrialisasi besar-besaran, akhirnya juga menjalar ke negara-negara berkembang. Pasalnya perusahaan-perusahaan multinasional dari negara-negara maju tersebut juga merambah ke negara-negara berkembang untuk mengeruk kekayaan alamnya. Akibatnya, kerusakan lingkungan tak hanya menjadi isu lokal, tetapi telah menjadi isu global.
KAPITALISME: BIANG KERUSAKAN LINGKUNGAN
Sebenarnya teori lingkungan sudah berkembang sejak abad ke-18. Perkembangan itu seiring dengan perjalanan hidup manusia yang harus menghadapi persoalan lingkungan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya setelah revolusi industri pada abad ke-17. Akan tetapi, berbagai teori pengelolaan lingkungan yang ada tampak tak mampu mencegah laju kerusakan lingkungan yang terjadi. Kerusakan lingkungan yang awalnya melanda negara-negara maju, sebagai dampak industrialisasi besar-besaran, akhirnya juga menjalar ke negara-negara berkembang. Pasalnya perusahaan-perusahaan multinasional dari negara-negara maju tersebut juga merambah ke negara-negara berkembang untuk mengeruk kekayaan alamnya. Akibatnya, kerusakan lingkungan tak hanya menjadi isu lokal, tetapi telah menjadi isu global.
Ambisi negara-negara maju untuk mengeksploitasi alam
tentu tak lepas dari ideologi kapitalis yang mereka anut. Pandangan mereka
tentang kebebasan kepemilikan dan kebebasan individu telah menjadikan
masyarakat Barat tidak pernah merasa puas dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Mereka tidak membedakan kebutuhanyang sebenarnya
bersifat terbatasdengan keinginan yang tidak terbatas. Akibatnya, mereka tidak
lagi peduli dengan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh
industrialisasi. Karena itu wajar bila negera-negara Baratlah yang sesungguhnya
menjadi penyumbang terbesar dampak kerusakan lingkungan di bumi ini. MS Kaban
saat menjabat menteri kehutanan pernah mengatakan, Sebanyak 80 persen kerusakan
hutan di dunia disebabkan adanya industrialisasi besar-besaran di Amerika.
Seorang ahli sejarah, Lynn White, Jr, mengatakan bahwa
apa yang dilakukan oleh manusia terhadap ekologinya bergantung pada apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan apa yang
ada di sekitar mereka. Lebih tegas lagi dikatakan bahwa ekologi manusia sangat
dipengaruhi oleh keyakinan tentang alam kita dan takdirnya, yaitu oleh agama.
Lebih jauh lagi White memberikan argumentasi bahwa krisis ekologi sekarang ini
tidak berakhir kecuali kita menemukan agama baru atau kita pikirkan lagi agama
lama. Dia mengatakan, What we do about ecology depend on our ideas of the
man-nature relationship. More science and more technology are not going to get
us out of the present ecologic crisis until we find a new religion, or rethink
our old one (Apa yang kita lakukan tentang lingkungan bergantung pada pemikiran
kita tentang hubungan manusia dengan alam. Lebih banyak ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak bisa serta-merta membawa kita keluar dari krisis lingkungan
kita saat ini sampai kita menemukan agama baru atau kita memikirkan kembali
agama kita).
White termasuk orang yang pesimis terhadap ide demokrasi
dan kebudayaan yang bersifat liberal-individualistis. Dia menganggap krisis
ekologi tidak lain dan tidak bukan adalah produk dari kebudayaan demokratis itu
sendiri.
ISLAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Meskipun alam ini telah disediakan untuk manusia, tidak berarti manusia bebas berbuat apa saja untuk mengeksploitasinya. Sebab, setiap perbuatan manusia senantiasa terikat dengan hukum syariah. Dalam hal ini Allah SWT telah melarang manusia membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman-Nya: Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaiki bumi itu. Berdoalah kepada Dia dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Araf [7]: 56).
Meskipun alam ini telah disediakan untuk manusia, tidak berarti manusia bebas berbuat apa saja untuk mengeksploitasinya. Sebab, setiap perbuatan manusia senantiasa terikat dengan hukum syariah. Dalam hal ini Allah SWT telah melarang manusia membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman-Nya: Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaiki bumi itu. Berdoalah kepada Dia dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Araf [7]: 56).
Dalam tafsir Jalalain, kata kerusakan dalam ayat ini
bermakna melakukan kemusyrikan dan kemaksiatan. Merusak lingkungan termasuk
kemaksiatan yang tercakup dalam larangan tersebut.
Selain itu, terkait dengan pemeliharaan lingkungan, Islam
mengajari kita tentang beberapa hal, di antaranya: Pertama, tidak boleh
menebang pohon secara sia-sia. Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang memotong
pohon bidara yang ada di atas tanah lapangyang sering digunakan sebagai tempat
bernaung bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan ataupun
binatang-binatangsecara sia-sia dan penuh kezaliman tanpa alasan yang benar,
maka Allah akan menaruh api neraka di atas kepalanya (HR al-Bukhari).
Kedua, tidak boleh mencemari lingkungan. Rasulullah saw.
bersabda: Berhati-hatilah terhadap dua orang terlaknat. Sahabat bertanya,
Siapakah dua orang terlaknat itu? Rasulullah menjawab, Yakni orang yang
membuang kotoran di jalanan yang dilalui orang dan tempat berteduh mereka.
Ketiga, mendorong kaum Muslim untuk menanam tanaman.
Rasulullah saw. bersabda: Tak seorang Muslim yang menanam tanaman, kemudian
tanaman itu dimakan orang lain, burung, ataupun binatang-binatang lain, kecuali
hal itu menjadi sedekah bagi dirinya (HR Muslim).
Keempat, tidak membunuh binatang secara sia-sia.
Rasulullah saw. bersabda, Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang
yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Ditanyakan kepada Nabi, Wahai
Rasulullah, apa kepentingan itu? Rasulullah menjawab, Apabila burung itu
disembelih untuk dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu
saja. (HR Ahmad).
Selain itu, adanya larangan dalam Islam untuk
mengkonsumsi burung yang bercakar atau binatang bertaring mengandung hikmah
yang terkait dengan keseimbangan ekosistem. Sebab, binatang-binatang semacam
itu berperan sebagai predator atas binatang lain yang sering menjadi hama
perusak, seperti tikus dan babi. Karena itu, bila binatang tersebut punah,
keseimbangan ekosistem akan terganggu. Akibatnya, populasi hama perusak akan
merajalela.
Demikianlah di antara ayat al-Quran dan hadis yang
melarang manusia membuat kerusakan terhadap lingkungan dan memerintahkan mereka
untuk menjaga dan melestarikannya. Semua itu tentu tak hanya menjadi aturan
normatif, melainkan benar-benar telah dipraktikkan dalam sejarah panjang
keemasan Islam. Rasulullah saw. pernah menetapkan sebuah wilayah di sekitar
Madinah sebagai hima, yaitu kawasan tertentu yang dilindungi (konservasi) untuk
keperluan tertentu. Abu Ubaid telah meriwayatkan dalam kitab Al-Amwal, bahwa
Rasulullah saw. pernah melindungi sebuah daerah bernama Naqi. Di daerah ini air
sangat berlimpah sehingga banyak tumbuh pohon kurma yang lebat buahnya. Beliau
melarang orang untuk merambah tanah tersebut, karena di tempat itu banyak
rumput yang bisa digunakan untuk menggembala hewan ternah tertentu, yaitu
kuda-kuda pilihan untuk keperluan perang.
Sejumlah Khalifah juga menetapkan beberapa hima. Khalifah
Umar Ibn Khaththab pernah menetapkan Hima asy-Syaraf dan Hima ar-Rabdah yang
cukup luas di dekat Dariyah. Khalifah Utsman Ibn Affan memperluas Hima
ar-Rabdah tersebut yang mampu menampung 1000 ekor binatang setiap tahunnya.
Pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid kaum Muslim pernah membangun kebun-kebun
untuk melestarikan hewan-hewan. Raja Prancis, Charlemagne, pernah diberi hadiah
oleh Khalifah Harun al-Rasyid binatang gajah dan kera yang diambil dari kebun
binatang di Bagdad. Khalifah al-Mutawakkil juga pernah membangun kebun yang luas
di Kota Samarra sebagai tempat perlindungan bagi hewan-hewan seperti singa,
kijang, burung, dll.
Demikianlah Islam telah hadir dengan membawa
aturan-aturan lengkap yang mencakup masalah kelestarian lingkungan.
Aturan-aturan itu telah diterapkan secara nyata dalam sejarah panjang keemasan
Islam yang hasilnya tak hanya mensejahterakan manusia, tetapi juga melestarikan
lingkungan sekitarnya.
Wallh alam bi ash-shawb.
Wallh alam bi ash-shawb.
Sudah saatnya menyatukan hati, pikiran, dan langkah untuk
mengganti sistem yang ada dan mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan diridhai
Allah swt. Itulah kehidupan dalam naungan khilafah Islam!. (Sumber : http://dlothrempire.blogdetik.com)
Berapa Pohon yang Tumbuh dari Program Penanaman 1 Milyar
Pohon
MASIH jelas dalam ingatan kita, pada tahun 2010 dan 2011
pemerintah melaksanakan program andalan yang cantik yaitu program menanam 1
milyar pohon. Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2008 pemerintah
menetapkan HMPI (Hari Menanam Pohon Indonesia). Semua jajaran pemerintahan
mulai dari RT/RW hingga Menteri dilibatkan guna mensukseskan program ini.
Pada tahun 2010 Departemen Kehutanan melaporkan bahwa
pohon yang berhasil ditanam mencapai 1,7 milyar pohon atau setara dengan
10.675.000 ton CO2. Sedangkan progran 2011 sudah berhasil menanam pohon 800
jutaan pada pertengahan program.
Salah satu tempat yang ditanami adalah sepanjang jalan
propinsi. Setiap saya melewati jalan propinsi, saya sering menemukan papan nama
bahwa di sepanjang jalan itu telah ditanami pohon jenis mahoni. Sayapun sering
melirik ke pinggir jalan mencari-cari sudah sebesar apa pohon yang ditanam pada
tahun 2011 lalu.
Ternyata jarang sekali saya menemukan pohon yang tumbuh.
Kebanyakan dari pohon-pohon itu sudah mengering daunnya dan sebagian lagi sudah
positif mati karena kekurangan air. Memang di wilayah saya kebetulan 10 bulan
terakhir ini lebih sering kemaraunya.
Dengan program ini pemerintah berharap 5 hingga 10 tahun
lagi Indonesia akan menjadi negara yang hijau, rakyatnya sejahtera karena tidak
kekurangan simpanan air didalam perut bumi. Tetapi melihat kenyataan di
lapangan, harapan itu tidak akan pernah tercapai, hanyalah menjadi
catatan sejarah saja.
Koreksi untuk pemerintah
Sepertinya program menanam pohon ini tidak berlanjut
hingga tahun 2012 sekarang. Artinya dari jumlah yang berhasil ditanam pada
program tahun 2010 - 2011 semakin hari semakin berkurang.
Jika pemerintah ingin menyelamatkan
bumi dengan menanam semilyar pohon, maka saat ini langkah yang
paling penting adalah menyelamatkan pohon
yang sudah ditanam itu agar tidak mati dan terus tumbuh. Caranya adalah bisa
dengan menggerakkan kembali RT/RW, Kades hingga Camat agar melakukan cek dan
ricek ke lokasi tanam bibit tahun lalu. Jika didapati banyak pohon yang mati,
maka
1) harus diambil tindakan dengan mengganti pohon yang
mati dengan bibit baru.
2) membuat tim atau kelompok masyarakat yang bertugas
mengontrol dan menyiram jika menemukan bibit yang butuh air.
3) kalau dianggap perlu berilah pupuk kandang.
Jika pemerintah membiarkan pohon menunggu turunnya hujan,
maka saya bisa mengatakan bahwa 1 milyar pohon yang di tanam, yang tumbuh
hanyalah separonya saja. Itu berarti kesejahteraan yang di cita-citakan 5 - 10
tahun lagi dari progran ini akan menjadi mimpi saja. Lebih buruk lagi jika
seandainya 5 - 10 tahun banyak gedung bertingkat berdiri, sementara pohon-pohonnya
ditebangi. Banyak pabrik-pabrik berdiri ditengan-tengah lokasi yang gundul.
Go Green, Wahai Pemerintah tugasmu belum selesai.
Selasa, 07 Agustus 2012
Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan
tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4
bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry
season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon,
temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur
20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC,
temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh
hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter
kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi berbentuk melebar seperti
payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub famili Mimosaceae dan famili
Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya,
daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum
matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari
terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya
kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon
beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji
kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu
halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah.
Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis
matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10
sentimeter.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika
tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di Indonesia, orang
menjuluki tanaman ini dengan sebutan Ki Hujan atau trembesi, sementara dalam
bahasa Inggris dinamai rain tree (pohon hujan), monkeypod atau
saman. Asal muasalnya dari Hawaii, tetapi banyak tersebar di kepulauan Samoa,
daratan Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia.
Manfaat Trembesi
Trembesi merupakan jenis pohon yang
memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon
ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya.
Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar trembesi dapat
digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker.
Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis
(Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan
sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)
Perkembangbiakan trembesi dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembibitan (metode yang biasanya
digunakan), pemotongan dahan, ranting, batang dengan cara pencangkokan. Proses
pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan biji trembesi dengan cara :
- Perkecambahan biji akan tumbuh dengan baik sekitar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang tidak diperlakuan akan tumbuh di tahun pertama penyimpanan biji (Seed Storage)
- Pembibitan biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan tertentu pada biji trembesi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat, yaitu dengan memasukkan biji dalam air selama 1-2 menit dengan suhu 800C (1760F) dengan voluem air 5x lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam air hangat dengan suhu 30-400 C (86-1040F )selama 24 jam. Metode ini akan membnatu perkecambahan biji 90-100%. (Craig and George, tanpa tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji) akan tampak 3-5 hari setelah perlekuan dengan menyimpannya dalam tempat teduh dengan pemberian air yang konstan untuk membantu pertumbuhan biji.
Biji sudah siap untuk ditanam
setelah perkecambahan. Saat itu panjang kecambah 20-30 m. Bibit yang mempunyai
diameter >10 mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit
saat penanaman yaitu ketika mempunyai tinggi sekitar 15-30 cm (6-12 inci)
dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjnag batang mencapai 20 cm (8
inci). Diameter batang dari bibit harus mencapai 5-30 mm. Penanaman ini dapat
dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran
10×20 cm dengan komposisi 3:1:1 (tanah : pasir : kompos). Perawatan bibit
diperlukan untuk menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan
hama dan terpaan angin. Perawatan ini dilakukan sampai Rain Tree menjadi lebih
tinggi dan siap untuk melindungi.( SUMBER : morowaligreenoffice.blogspot.com)
Langganan:
Postingan (Atom)