Selasa, 14 Agustus 2012

JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN !!!!


JANGAN  membuang sampah sembarangan. Bukan hanya memerhatikan tempat sampah, tetapi juga memilih tempatnya untuk jenis sampah, basah, kering, pecah belah, kertas dan lain-lain. Namun, kita acapkali mencampur aduk untuk tak membuat repot. Padahal keabaian ini akan merepotkan orang lain dan proses daur ulang (recycle). Ketergesaan membuat kita repot di kemudian.

Sampah, Masalah atau Berkah?

SETIAP hari, sebagian besar dari kita, terutama yang hidup dikota besar, apapun status sosialnya, dari golongan mana kita berasal, seberapapun besarnya tingkat pendapatan kita, akan sangat sulit untuk menghindarkan diri dari ‘tidak menghasilkan sampah‘ dalam berkegiatan sehari hari.
Ketika kita sedang di jalan dan merasakan haus, hal termudah yang biasanya kita lakukan adalah membeli minuman instant yakni ‘air mineral bermerek’ yang dikemas dalam botol plastik yang bisa kita dapatkan dengan mudahnya di pinggir jalan melalui pedagang kaki lima ataupun di toko retail modern yang saat ini semakin mudah kita jumpai di sepanjang jalan.
Setelah kita menenggak habis minuman tersebut maka akan ada yang akan tetap tersisa karena tidak habis kita konsumsi yakni botol kemasannya, sebagian dari kita biasanya akan membuangnya ke tempat sampah, namun tidak jarang sebagian orang akan membuang botol botol ini kemanapun dia suka ’seenak perutnya sendiri’. Perilaku membuang sampah sembarangan ini seringkali kita temui di berbagai tempat di pelosok tanah air dan hal ini bukanlah suatu pemandangan asing bagi kita.
Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka semakin besar pula tantangan dan dinamikanya dalam hal pengelolaan sampah ini. Kita dihadapkan dengan beberapa pilihan, membiarkannya, mengelola ’semaunya’, atau mengelolanya dengan benar.
Sebagian dari sampah ini , contohnya plastik, bersifat anorganik artinya sulit untuk bisa terurai secara alami, diperlukan waktu yang lama, bisa ratusan bahkan ribuan tahun untuk dapat terurai, sehingga apabila tidak segera menanganinya dengan serius maka akan melihat kehancuran lingkungan dan ekosistem.
Sampah anorganik akan tertanam di dalam tanah selanjutnya akan menjadikan tanah tercemar dan tidak dapat ditanami, jika dibiarkan mengendap disungai maka sungai akan sulit mengalir sungai dan mengakibatkan banjir, dan jika dibiarkan maka sampah sampah akan bermuara di laut dan akan meracuni ikan ikan yang selanjutnya akan kita konsumsi, tidaklah heran jika saat ini kita sering mendengar banyak pengidap penyakit yang sangat sulit untuk diobati dan sebagian penyebabnya karena penanganan yang salah terhadap sampah seperti dengan membakarnya sehingga dapat mengakibatkan kanker, silahkan simak artikel berikut http://newscheat.blogspot.com/2012/03/fuel-waste-plastic-can-cause-cancer.html.
Jika kita salah mengelola sampah maka dampaknya sudah tentu saja akan sangat mengerikan namun sebaliknya jika kita mampu mengelolanya dengan benar maka dampaknya pun akan memberikan berkah bagi kita. Sampah organik akan membuat tanah subur jika dikelola menjadi kompos, Michiaki Shigehiro dengan teknologi plasma arc mampu mengelola sampah menjadi tenaga listrik, dengan alat biosteam converter mahasiswa Unair Surabaya mampu mengubah sampah menjadi BBM dan mampu menggerakan becak motor, dengan teknologi penyulingan Marno Mukti mampu menyulap sampah menjadi BBM alternatif, kemudian di Desa Badegan, Kabupaten Bantul seorang Bambang Suwerda mampu memberdayakan ekonomi desa dengan membuat Bank Sampah, masyarakat bahkan bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan cara menabung sampah pada Bank ini.
Sudah saatnya. Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan)


 
KITA, LINGKUNGAN dan CSR PERUSAHAAN

KETIKA kita bicara tentang lingkungan di Indonesia, pikiran kita pastilah tidak terlepas dari bayangan hamparan hutan yang luas atau perairan Indonesia yang jernih. Tapi sadarkah kamu bahwa hampir seluruh hutan produksi Indonesia yang luas dan indah tersebut, beserta seluruh sumber daya alam yang dihasilkannya telah menjadi produk komoditi dan berada dibawah pengelolaan perusahaan lokal dan internasional? Sadar atau tidak, kitalah yang membuat perusahaan terus berproduksi dan kita jugalah yang wajib untuk memastikan bahwa apa yang kita butuhkan tidak membawa kerusakan berkepanjangan pada alam tercinta kita.
Berkaitan dengan hal di atas, apakah kamu pernah mendengar tentang apa itu CSR atau Corporate Social Responsibility? Di Indonesia kita biasa menyebutnya dengan istilah “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Istilah ini bukanlah hal yang baru, meski demikian masih sedikit dari kita yang mengerti pengertian CSR, padahal ketika kita berharap Indonesia menjadi lebih hijau, perhatian kita tidak bisa terlepas dari keberadaan perusahaan.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa CSR merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk mempertimbangkan kelestarian alam serta kelangsungan hidup masyarakat disamping dalam melakukan proses produksi kesehariannya. Adanya CSR membuat perusahaan harus mempertimbangkan segala dampak negative dan positif yang akan mereka hasilkan sebelum mengambil suatu keputusan. Dan CSR juga membuat perusahaan melakukan berbagai bentuk kegiatan di luar keseharian dari bidangnya sebagai bentuk persembahan bagi lingkungan dan masyarakat.
Misalnya, Aqua dengan program 1 liter air untuk 10 liter air, PT Djarum dengan CSR pendidikan. Namun disini kita harus pisahkan antara bentuk tanggung jawab perusahaan, kedermawanan perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Misalnya saja, proses reklamasi atau penanaman hutan kembali bagi perusahaan tambang, yang kegiatannya tidak terlepas dari pembabatan hutan, merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan. Bentuk kontrol polusi pabrik juga bukan merupakan CSR, hal ini disebut sebagai tanggung jawab perusahaan, karenanya dapat terukur dan dipertanggung-jawabkan dalam laporan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedang kedermawanan perusahaan biasanya kita jumpai dengan bentuk sponsorship.
Untuk lebih jelasnya, kita dapat mengambil program CSR Aqua yang terkenal dengan sebutan “Satu untuk Sepuluh” sebagai kajian. Aqua melalui program ini berkomitmen untuk menyediakan sumber air bersih yang terjangkau bagi masyarakat pedalaman, khususnya di Papua setiap kali terdapat pembelian air mineral Aqua. Konsep CSR tentu akan sangat berguna bagi masyarakat di pedalaman yang sulit menemukan sumber air bersih. Dan sebagian besar masayarakat pedalaman sudah menikmati program CSR ini. Namun jika dilihat lebih dalam, CSR Aqua juga tidak sedikit mendatangkan profit bagi pihak Aqua.
Mengapa? CSR yang dilakukan secara voluntary atau sukarela oleh perusahaan pada dasarnya tidak benar-benar menunjukan bahwa perusahaan sungguh peduli pada masyarakat dan lingkungan. CSR bagi perusahaan adalah sebuah strategi yang membawa sustainability atau keberlanjutan bagi masyarakat juga membawa sustainability bagi perusahaan. CSR merupakan citra dan branding yang dapat diangkat perusahaan dalam memasarkan produknya. Kita tentu akan lebih menghargai keberdaan perusahaan yang tampak peduli dibanding dengan perusahaan yang secara terus menerus merusak hutan tanpa memberikan tanggung jawab. Dalam hal ini, CSR mendatangkan profit yang lebih bagi perusahaan.
CSR juga merupakan bentuk justifikasi atau pembenaran perusahaan mengenai bagaimana ia telah beroperasi sejauh ini dan bagaimana keberadaannya juga telah membawa keuntungan besar bagi masyarakat dan lingkungan. Dari segi ini, kita melihat bahwa CSR lebih menjadi senjata bagi perusahaan untuk melindungi dirinya. Terlebih lagi, CSR sepertinya juga dijadikan sebagai bentuk penyeimbang atas sejumlah permasalahan yang timbul akibat aktifitas perusahaan.
Mengapa kita perlu memahami adanya CSR? Seperti yang sudah disinggung, tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan secara voluntary. Hal ini berarti perusahaan bebas dalam menentukan apa dan bagaimana perusahaan akan melaksanakan CSRnya. Karenanya, perusahaan tidak berkewajiban untuk melaporkan program CSRnya kepada lembaga tertentu. Berbeda dengan tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan yang secara berkala dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan Hidup dalam laporan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Karenanya kita yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakatlah yang lebih berkewajiban dalam memperhatikannya. Kita wajib memastikan apakah CSR yang dijadikan branding suatu perusahaan benar dilaksanakan dengan baik. Siapa dari kita yang saat ini bisa memastikan bahwa air bersih sungguh dapat diakses masyarakat?
Sebagai konsumen dan pemerhati lingkungan, memperhatikan produk yang kita konsumsi dan bagaimana produk tersebut diciptakan adalah suatu hal yang penting. Kita tentu pernah mendengar bagaimana sejumlah besar orang pernah melakukan boikot terhadap perusahaan yang terbukti menggunakan primata sebagai bahan percobaan. Begitu pula yang dapat kita lakukan bagi lingkungan. Mengetahui CSR akan membawa kita pada pengenalan terhadap apa dan bagaimana suatu produk dihasilkan. Dan dengan pengetahuan dan pengenalan yang lebih luas lagi, diharapkan kita akan lebih mampu untuk menjaga lingkungan dan bumi kita tercinta ini.
Adinda M. Aksari

Ketika Permukaan Bumi Berwarna-warni
DULU Sewaktu orang Jawa bertanya pada saya di mana rumah saya, saya menjawabnya Kalimantan. Spontan pikiran mereka tertuju pada hutan belantara. Maklum, waktu itu di daerah saya memang masih di penuhi hutan di sana-sini, khususnya hutan tanaman kecil ( semak belukar ). Karena di daerah saya sebagian besar adalah lahan gambut ( tanah gembur yang berair/rawa ).
Tapi kini semuanya telah berubah 120 derajat. Hutan semak yang dulu terbentang di belakang kampung saya telah berubah menjadi hamparan pemukiman penduduk yang begitu ramainya. Tak ada lagi buah-buahan hutan yang mirip anggur yang biasa kami jadikan cemilan disaat bermain pada masa itu.
Sayapun teringat sebuah artikel yang pernah saya baca. Bahwa saat ini ada tujuh miliar manusia yang mendiami Bumi dan sudah 43% permukaan Bumi telah menjelma menjadi wilayah agrikultur atau perumahan. Hmmm, jumlah yang sangat fantastis. Dan pastinya jumlah tersebut semakin miningkat lagi setiap tahunya. Dan bisa kita bayangkan, permukaan bumi yang semula dipenuhi warna hijau karena pepohonan kini telah dipenuhi banyak warna yang menyebabkan semakin hilangnya keseimbangan Bumi itu sendiri ( bencana global ).
Semakin bertambahnya jumlah penduduk Bumi ini, semakin meningkat pula polusi udara yang telah menjelma menjadi sosok pembunuh yang paling sadis bagi warga Bumi. Data dari WHO menyebutkan lebih dari dua juta orang meninggal karena menghirup udara yang mengandung racun akibat pencemaran dari produck-produck otomotif dan elektronik yang kita jumpai sehari-hari. Waw, saya cuma bisa berkata Waw saja. Karena saya tak punya solusinya.
Mungkin anda yang punya solusi untuk Bumi yang semakin tua ini. Karena saya hanya punya solusi, mari menanam pohon di pekarang rumah kita. Biarkan rerumputan menghijau di sisi-sisi jalanan. Buanglah sampah pada tempatnya, dan kurangi memakai alat transportasi berbahan bakar.
Saya sudah mencobanya dengan berjalan kaki dan merawat dua pohon nangka di halaman rumah saya, bagaimana dengan anda? (sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan)


BERBAGAI permasalahan lingkungan telah terjadi dewasa ini, baik dalam kawasan kecil maupun global. Banjir, tanah longsor, kekeringan, polusi udara, anomali iklim, pemanasan global, dan sebagainya adalah sederet problem lingkungan yang tak asing lagi bagi kita. Semua itu kini tak sekadar sebuah ancaman, telah menjadi bencana nyata yang telah menelan jutaan korban jiwa dan harta.
Memang tak bisa dihindari, dalam aktivitas kehidupannya, manusia akan selalu berinteraksi dengan alam. Manusia membutuhkan sumberdaya alam untuk menopang kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Mereka menggali sumur untuk mendapatkan air, mengebor minyak untuk mendapatkan bahan energi, membuka hutan untuk lahan pemukiman, menangkap ikan di sungai atau laut untuk bahan makanan, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bentuk interaksi manusia dengan alam yang tak bisa dihindarkan. Akibatnya, kerusakan alam sekecil apa pun pasti terjadi. Persoalannya adalah bagaimana alam ini dapat dimanfaatkan manusia dengan menekan sekecil mungkin dampak kerusakan lingkungan yang terjadi.

KAPITALISME: BIANG KERUSAKAN LINGKUNGAN
Sebenarnya teori lingkungan sudah berkembang sejak abad ke-18. Perkembangan itu seiring dengan perjalanan hidup manusia yang harus menghadapi persoalan lingkungan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya setelah revolusi industri pada abad ke-17. Akan tetapi, berbagai teori pengelolaan lingkungan yang ada tampak tak mampu mencegah laju kerusakan lingkungan yang terjadi. Kerusakan lingkungan yang awalnya melanda negara-negara maju, sebagai dampak industrialisasi besar-besaran, akhirnya juga menjalar ke negara-negara berkembang. Pasalnya perusahaan-perusahaan multinasional dari negara-negara maju tersebut juga merambah ke negara-negara berkembang untuk mengeruk kekayaan alamnya. Akibatnya, kerusakan lingkungan tak hanya menjadi isu lokal, tetapi telah menjadi isu global.
Ambisi negara-negara maju untuk mengeksploitasi alam tentu tak lepas dari ideologi kapitalis yang mereka anut. Pandangan mereka tentang kebebasan kepemilikan dan kebebasan individu telah menjadikan masyarakat Barat tidak pernah merasa puas dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Mereka tidak membedakan kebutuhanyang sebenarnya bersifat terbatasdengan keinginan yang tidak terbatas. Akibatnya, mereka tidak lagi peduli dengan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh industrialisasi. Karena itu wajar bila negera-negara Baratlah yang sesungguhnya menjadi penyumbang terbesar dampak kerusakan lingkungan di bumi ini. MS Kaban saat menjabat menteri kehutanan pernah mengatakan, Sebanyak 80 persen kerusakan hutan di dunia disebabkan adanya industrialisasi besar-besaran di Amerika.
Seorang ahli sejarah, Lynn White, Jr, mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh manusia terhadap ekologinya bergantung pada apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan apa yang ada di sekitar mereka. Lebih tegas lagi dikatakan bahwa ekologi manusia sangat dipengaruhi oleh keyakinan tentang alam kita dan takdirnya, yaitu oleh agama. Lebih jauh lagi White memberikan argumentasi bahwa krisis ekologi sekarang ini tidak berakhir kecuali kita menemukan agama baru atau kita pikirkan lagi agama lama. Dia mengatakan, What we do about ecology depend on our ideas of the man-nature relationship. More science and more technology are not going to get us out of the present ecologic crisis until we find a new religion, or rethink our old one (Apa yang kita lakukan tentang lingkungan bergantung pada pemikiran kita tentang hubungan manusia dengan alam. Lebih banyak ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa serta-merta membawa kita keluar dari krisis lingkungan kita saat ini sampai kita menemukan agama baru atau kita memikirkan kembali agama kita).
White termasuk orang yang pesimis terhadap ide demokrasi dan kebudayaan yang bersifat liberal-individualistis. Dia menganggap krisis ekologi tidak lain dan tidak bukan adalah produk dari kebudayaan demokratis itu sendiri.

ISLAM MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Meskipun alam ini telah disediakan untuk manusia, tidak berarti manusia bebas berbuat apa saja untuk mengeksploitasinya. Sebab, setiap perbuatan manusia senantiasa terikat dengan hukum syariah. Dalam hal ini Allah SWT telah melarang manusia membuat kerusakan di bumi, sebagaimana firman-Nya: Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaiki bumi itu. Berdoalah kepada Dia dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Araf [7]: 56).
Dalam tafsir Jalalain, kata kerusakan dalam ayat ini bermakna melakukan kemusyrikan dan kemaksiatan. Merusak lingkungan termasuk kemaksiatan yang tercakup dalam larangan tersebut.
Selain itu, terkait dengan pemeliharaan lingkungan, Islam mengajari kita tentang beberapa hal, di antaranya: Pertama, tidak boleh menebang pohon secara sia-sia. Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang memotong pohon bidara yang ada di atas tanah lapangyang sering digunakan sebagai tempat bernaung bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan ataupun binatang-binatangsecara sia-sia dan penuh kezaliman tanpa alasan yang benar, maka Allah akan menaruh api neraka di atas kepalanya (HR al-Bukhari).
Kedua, tidak boleh mencemari lingkungan. Rasulullah saw. bersabda: Berhati-hatilah terhadap dua orang terlaknat. Sahabat bertanya, Siapakah dua orang terlaknat itu? Rasulullah menjawab, Yakni orang yang membuang kotoran di jalanan yang dilalui orang dan tempat berteduh mereka.
Ketiga, mendorong kaum Muslim untuk menanam tanaman. Rasulullah saw. bersabda: Tak seorang Muslim yang menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan orang lain, burung, ataupun binatang-binatang lain, kecuali hal itu menjadi sedekah bagi dirinya (HR Muslim).
Keempat, tidak membunuh binatang secara sia-sia. Rasulullah saw. bersabda, Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Ditanyakan kepada Nabi, Wahai Rasulullah, apa kepentingan itu? Rasulullah menjawab, Apabila burung itu disembelih untuk dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu saja. (HR Ahmad).
Selain itu, adanya larangan dalam Islam untuk mengkonsumsi burung yang bercakar atau binatang bertaring mengandung hikmah yang terkait dengan keseimbangan ekosistem. Sebab, binatang-binatang semacam itu berperan sebagai predator atas binatang lain yang sering menjadi hama perusak, seperti tikus dan babi. Karena itu, bila binatang tersebut punah, keseimbangan ekosistem akan terganggu. Akibatnya, populasi hama perusak akan merajalela.
Demikianlah di antara ayat al-Quran dan hadis yang melarang manusia membuat kerusakan terhadap lingkungan dan memerintahkan mereka untuk menjaga dan melestarikannya. Semua itu tentu tak hanya menjadi aturan normatif, melainkan benar-benar telah dipraktikkan dalam sejarah panjang keemasan Islam. Rasulullah saw. pernah menetapkan sebuah wilayah di sekitar Madinah sebagai hima, yaitu kawasan tertentu yang dilindungi (konservasi) untuk keperluan tertentu. Abu Ubaid telah meriwayatkan dalam kitab Al-Amwal, bahwa Rasulullah saw. pernah melindungi sebuah daerah bernama Naqi. Di daerah ini air sangat berlimpah sehingga banyak tumbuh pohon kurma yang lebat buahnya. Beliau melarang orang untuk merambah tanah tersebut, karena di tempat itu banyak rumput yang bisa digunakan untuk menggembala hewan ternah tertentu, yaitu kuda-kuda pilihan untuk keperluan perang.
Sejumlah Khalifah juga menetapkan beberapa hima. Khalifah Umar Ibn Khaththab pernah menetapkan Hima asy-Syaraf dan Hima ar-Rabdah yang cukup luas di dekat Dariyah. Khalifah Utsman Ibn Affan memperluas Hima ar-Rabdah tersebut yang mampu menampung 1000 ekor binatang setiap tahunnya. Pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid kaum Muslim pernah membangun kebun-kebun untuk melestarikan hewan-hewan. Raja Prancis, Charlemagne, pernah diberi hadiah oleh Khalifah Harun al-Rasyid binatang gajah dan kera yang diambil dari kebun binatang di Bagdad. Khalifah al-Mutawakkil juga pernah membangun kebun yang luas di Kota Samarra sebagai tempat perlindungan bagi hewan-hewan seperti singa, kijang, burung, dll.
Demikianlah Islam telah hadir dengan membawa aturan-aturan lengkap yang mencakup masalah kelestarian lingkungan. Aturan-aturan itu telah diterapkan secara nyata dalam sejarah panjang keemasan Islam yang hasilnya tak hanya mensejahterakan manusia, tetapi juga melestarikan lingkungan sekitarnya.
Wallh alam bi ash-shawb.
Sudah saatnya menyatukan hati, pikiran, dan langkah untuk mengganti sistem yang ada dan mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan diridhai Allah swt. Itulah kehidupan dalam naungan khilafah Islam!. (Sumber : http://dlothrempire.blogdetik.com)

Berapa Pohon yang Tumbuh dari Program Penanaman 1 Milyar Pohon

MASIH jelas dalam ingatan kita, pada tahun 2010 dan 2011 pemerintah melaksanakan program andalan yang cantik yaitu program menanam 1 milyar pohon. Melalui Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2008 pemerintah menetapkan HMPI (Hari Menanam Pohon Indonesia). Semua jajaran pemerintahan mulai dari RT/RW hingga Menteri dilibatkan guna mensukseskan program ini.
Pada tahun 2010 Departemen Kehutanan melaporkan bahwa pohon yang berhasil ditanam mencapai 1,7 milyar pohon atau setara dengan 10.675.000 ton CO2. Sedangkan progran 2011 sudah berhasil menanam pohon 800 jutaan pada pertengahan program.
Salah satu tempat yang ditanami adalah sepanjang jalan propinsi. Setiap saya melewati jalan propinsi, saya sering menemukan papan nama bahwa di sepanjang jalan itu telah ditanami pohon jenis mahoni. Sayapun sering melirik ke pinggir jalan mencari-cari sudah sebesar apa pohon yang ditanam pada tahun 2011 lalu.
Ternyata jarang sekali saya menemukan pohon yang tumbuh. Kebanyakan dari pohon-pohon itu sudah mengering daunnya dan sebagian lagi sudah positif mati karena kekurangan air. Memang di wilayah saya kebetulan 10 bulan terakhir ini lebih sering kemaraunya.
Dengan program ini pemerintah berharap 5 hingga 10 tahun lagi Indonesia akan menjadi negara yang hijau, rakyatnya sejahtera karena tidak kekurangan simpanan air didalam perut bumi. Tetapi melihat kenyataan di lapangan, harapan itu tidak akan pernah tercapai, hanyalah  menjadi catatan sejarah saja.
Koreksi untuk pemerintah
Sepertinya program menanam pohon ini tidak berlanjut hingga tahun 2012 sekarang. Artinya dari jumlah yang berhasil ditanam pada program tahun 2010 - 2011 semakin hari semakin berkurang.
Jika pemerintah ingin menyelamatkan bumi dengan menanam semilyar pohon, maka saat ini langkah yang paling penting adalah menyelamatkan pohon yang sudah ditanam itu agar tidak mati dan terus tumbuh. Caranya adalah bisa dengan menggerakkan kembali RT/RW, Kades hingga Camat agar melakukan cek dan ricek ke lokasi tanam bibit tahun lalu. Jika didapati banyak pohon yang mati, maka
1) harus diambil tindakan dengan mengganti pohon yang mati dengan bibit baru.
2) membuat tim atau kelompok masyarakat yang bertugas mengontrol dan menyiram jika menemukan bibit yang butuh air.
3) kalau dianggap perlu berilah pupuk kandang.
Jika pemerintah membiarkan pohon menunggu turunnya hujan, maka saya bisa mengatakan bahwa 1 milyar pohon yang di tanam, yang tumbuh hanyalah separonya saja. Itu berarti kesejahteraan yang di cita-citakan 5 - 10 tahun lagi dari progran ini akan menjadi mimpi saja. Lebih buruk lagi jika seandainya 5 - 10 tahun banyak gedung bertingkat berdiri, sementara pohon-pohonnya ditebangi. Banyak pabrik-pabrik berdiri ditengan-tengah lokasi yang gundul.
Go Green, Wahai Pemerintah tugasmu belum selesai.

Selasa, 07 Agustus 2012


Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.

Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.

Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di Indonesia, orang menjuluki tanaman ini dengan sebutan Ki Hujan atau trembesi, sementara dalam bahasa Inggris dinamai rain tree (pohon hujan), monkeypod atau saman. Asal muasalnya dari Hawaii, tetapi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia.

Manfaat Trembesi

Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)

Budidaya Trembesi

Perkembangbiakan trembesi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembibitan (metode yang biasanya digunakan), pemotongan dahan, ranting, batang dengan cara pencangkokan. Proses pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan biji trembesi dengan cara :
  • Perkecambahan biji akan tumbuh dengan baik sekitar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang tidak diperlakuan akan tumbuh di tahun pertama penyimpanan biji (Seed Storage)
  • Pembibitan biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan tertentu pada biji trembesi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat, yaitu dengan memasukkan biji dalam air selama 1-2 menit dengan suhu 800C (1760F) dengan voluem air 5x lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam air hangat dengan suhu 30-400 C (86-1040F )selama 24 jam. Metode ini akan membnatu perkecambahan biji 90-100%. (Craig and George, tanpa tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji) akan tampak 3-5 hari setelah perlekuan dengan menyimpannya dalam tempat teduh dengan pemberian air yang konstan untuk membantu pertumbuhan biji.
Biji sudah siap untuk ditanam setelah perkecambahan. Saat itu panjang kecambah 20-30 m. Bibit yang mempunyai diameter >10 mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit saat penanaman yaitu ketika mempunyai tinggi sekitar 15-30 cm (6-12 inci) dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjnag batang mencapai 20 cm (8 inci). Diameter batang dari bibit harus mencapai 5-30 mm. Penanaman ini dapat dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran 10×20 cm dengan komposisi 3:1:1 (tanah : pasir : kompos). Perawatan bibit diperlukan untuk menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan hama dan terpaan angin. Perawatan ini dilakukan sampai Rain Tree menjadi lebih tinggi dan siap untuk melindungi.( SUMBER : morowaligreenoffice.blogspot.com)




FJPL Sulteng Tanam Pohon Di Bantaran Sungai Palu
PALU –  Forum Jurnalis Peduli Lingkungan (FJPL) melakukan aksi menanam ratusan bibit pohon dalam rangka bulan menanam nasional tahun 2010. Hal itu disampaikan ketua FJPL Syamsuddin Tobone di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu di Jalan Rajawali.
“Aksi menanam yang kami lakukan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap kondisi lingkungan yang semakin mengalami degradasi terlebih lagi secara global kondisi lingkungan juga memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan ditunjukkan dengan perubahan iklim  dan begitu banyaknya kejadian bencana, hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kita memang benar-benar perlu mendapat perhatian serius,”urainya.
Menurutnya , salah satu yang dapat kita lakukan sekarang yakni menanam bibit pohon atau melakukan hal-hal kecil yang bisa mengembalikan lingkungan menjadi lebih baik serta mengajak seluruh elemen untuk bisa berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan lingkungan demi anak cucu kedepan.
Syamsuddin menyebutkan kegiatan menanam 400 bibit pohon yang terdiri dari 300 bibit trambesi, 50 bibit mangga dan 50 bibit Mahoni besok akan ditanam di sepanjang bantaran sungai Palu dengan melibatkan sejumlah jurnalis dan komunitas Kaskus Regional Palu serta masyarakat.
“Bibit pohon ini kami peroleh dari bantuan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai(BPDAS) Palu-Poso,”kata Syamsuddin.
Syamsuddin juga berharap dengan adanya kegiatan seperti ini bisa memotivasi masyarakat baik secara individu maupun berkelompok untuk melakukan hal yang sama semisal menanam pohon dilingkungan mereka masing-masing,”Jika satu warga Palu menanam satu pohon maka kita kedepan akan melihat Kota Palu yang hijau dan teduh,”Harapnya.(bp)

SUKSESKAN MOROWALI GREEN OFFICE
27 SKPD Ikut Bedah Lingkungan
MOROWALI- Sebanyak 27 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkup Pemerintah Kabupaten Morowali kini tengah berkompetisi dalam kegiatan Morowali Green Office (Perkantoran Hijau) 2011. Seluruh SKPD ini tidak hanya membenahi atau menata lingkungan kantornya tetapi juga berkompetisi untuk menjadi yang terbaik.
Ketua Pelaksana Morowali Green Office, Syamsuddin Tobone, awal pekan ini mengatakan kompetisi antar instansi ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Morowali Green Office yang  telah memasuki tahap bedah lingkungan kantor tahap pertama.
Dalam tahapan ini,seluruh SKPD atau instansi melakukan pembenahan fisik di wilayahnya masing-masing.Pembenahan atau penataan tidak hanya dilakukan di dalam  kantor tapi juga di luar kantor.
‘’Karena penilaian nantinya tidak hanya dilihat  dari fisik luar tapi juga bagian dalam kantor.Ini dilakukan karena kita ingin melihat sejauh mana usaha,kreativitas dan kemauan pegawai di setiap instansi dalam membenahi dan menata kantornya,’’terang Syamsuddin.
Syamsuddin menambahkan, untuk mengikuti perkembangan pelaksanaan Morowali Green Office ini, tim motivator yang telah dibentuk beranggotakan empat orang setiap harinya turun lapangan melakukan monitoring.Selain memonitoring kegiatan,tim motivator ini juga melakukan koordinasi secara rutin kepada fasilitator dan kadernya yang telah ditunjuk oleh pimpinan instansinya.
Syamsuddin yang juga Ketua Forum Jurnalis Peduli Lingkungan (FJPL) Sulawesi Tengah ini berhartap, adanya kompetisi ini semua instansi atau kantor dapat memberikan penampilan terbaik dari karya fasilitator dan kader lingkungan kantor yang telah dibentuk di masing-masing kantor.
“Instansi maupun fasilitator yang terbaik nantinya akan mendapat award khusus dari Bupati Morowali H Anwar Hafid,” katanya.
Dia menegaskan, pembenahan atau penataan wilayah kantor agar menjadi bersih,indah dan nyaman ini sebenarnya dilakukan bukan hanya karena adanya kompetisi,  tetapi untuk membangun kesadaran dan perilaku pegawai akan pentingnya penciptaan kantor yang hijau,bersih dan sehat.
“Yang terpenting dalam program ini, adalah tidak berhenti bersamaan dengan selesainya jadwal program tetapi harus terus berkesinambungan dan tidak terputus,” tandasnya.(HARIS)


FJPL Suletng dan Oi Kota Palu Bagi Bibit
PALU – Forum Jurnalis Peduli Lingkungan (FJPL) dan Orang Indonesia (OI) Kota Palu menggelar aksi pembagian bibit tanaman kepada pengendara di Kabupaten Sigi  dan Kota Palu dalam rangka pencegahan kerusakan lingkungan melalui gerakan
menanam.
Kegiatan yang bertema “bersama jurnalis kita selamatkan bumi” tersebut dipusatkan di bundaran Sigi dan Bundaran Palupi, dimana lokasi tersebut dianggap strategis karena merupakan jalur keluar masuk kendaraan antara kabupaten di wilayah Sultengm sebagaimana dilansir lama beritapalu.com,
Selain tanaman pelindung jenis trambesi dan Mahoni, warga juga mendapat bibit makanan produksi jenis Nangka.Hanya dalam waktu kurang lebih satu jam, lebih dari 300 bibit tanaman yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Sulteng diserbu oleh warga, setiap warga mendapat satu sampai tiga bibit tanaman.
“Halaman rumah saya agak luas, makanya saya mengambil tiga bibit tanaman, mumpung gratis,” kata Anto (32). Syamsudin Tobone, ketua panitia penyelenggara kegiatan mengaku, kegiatan ini merupakan wujud kerja nyata jurnalis Sulteng dan Oi Kota Palu dalam mendukung program penyelamatan lingkungan melalui program penanaman.
Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai motivasi kepada warga untuk membiasakan menanam sejak dini. Kedepannya FJPL Sulteng dan Oi Kota Palu akan kembali bekerjasama menggelar kegiatan sosial yang berkaitan dengan penyelamatan lingkungan.(bp)
*FJPL SULTENG BAGI BIBIT TANAMAN
FJPL Sulteng Bagi Bibit Tanaman
PALU SN– Di tengah padatnya aktivitas seorang Jurnalis dalam waktu yang begitu singkat, Forum Jurnalis Peduli Lingkungan (FJPL) Sulteng bersama organisasi OI Palu, Sabtu (29/1/2011) lalu menyempatkan waktu membagikan ratusan bibitan tanaman dari beberapa jenis tanaman kepada warga di wilayah Kabupaten Sigi dan Kota Palu.
Ketua FJPL Sulteng, Syamsuddin Tobone usai aksi peduli lingkungan dengan melestarikan alam, mengungkapkan kegiatan pembagian bibit merupakan kegiatan ke dua kalinya yang dilaksanakan FJPL. Sebelumnya kegiatan penanaman bibit pohon dilasanakan sekitar bantaran sungai Palu. Kali ini kegiatan pembagian bibit tanaman secara gratis, merupakan bentuk kampanye sekaligus tindakan nyata, agar masyarakat Sigi, Palu dan Sulteng secara bersama-sama untuk melestarikan alam. “Kami menyiapkan ratusan bibit, dari tanaman pohon nangka, mangga dan bibit pohon mahoni,” ujarnya.
Aksi peduli lingkungan dengan bagi bibit tanaman, dilaksanakan di dua lokasi, yaitu tugu Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi, yang kedua di bundaran Kelurahan Palupi. “Rencananya bulan Februari nanti FJPL Sulteng kembali akan melaksanakan kegiatan dengan tema kebersihan lingkungan,” kata Syamsudin Tobone. (NI)
SUKSESKAN MOROWALI GREEN OFFICE
50 Fasilitator Siap Dilatih Olah Sampah
MOROWALI.Sebanyak 50 fasilitator yang diberasal dari seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di Kabupaten Morowali siap mengikuti pelatihan teknik pengolahan sampah.Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari program Morowali Green Office yang tengah berjalan.Selain fasilitator dari lingkup Pemkab Morowali,peserta pelatihan juga ada dari instansi vertikal.
Ketua Panitia Pelaksana Morowali Green Office Syamsuddin kepada media ini, Kamis (14/4) sore mengatakan sejak dibukanya pendaftaran fasilitator dua minggu lalu,jumlah pegawai yang mendaftar cukup antusias.Jika panitia semula hanya menargetkan satu fasilitator setiap instansi,ternyata malah hampir seluruh instansi menyertakan dua orang stafnya. Jumlah instansi baik dinas,kantor maupun badan di lingkup Pemerintah Kabupaten Morowali sendiri tercatat sebanyak 27 instansi.
Menariknya kata Syamsuddin, selain instansi dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Morowali, sejumlah instansi vertikal seperti Kantor Pengadilan Agama dan Biro Pusat Statisik (BPS) Morowali juga berminat dan mengikutsertakan stafnya untuk turut terlibat dalam program Green Office.
’’Bahkan kalau tidak dibatasi,banyak sekali yang berminat ikut dalam kegiatan ini.Ini tentunya menjadi menjadi catatan kalau program ini ternyata mendapat respon besar dari berbagai kalangan,’’jelasnya.
Ketua Forum Jurnalis Peduli Lingkungan (FJPL) Sulawesi Tengah ini menjelaskan ke-50 fasilitator yang telah terdaftar ini akan diberikan pelatihan khusus tentang teknik pengolahan sampah.Pelatihan ini rencananya akan digelar selama tiga hari mulai 18-20 April 2011 di Aula Kantor Bupati Morowali.Dalam pelatihan nantinya yang akan dibuka langsung Bupati Morowali H Anwar Hafid ini,para fasilitator akan dilatih bagaimana mengolah sampah baik sampah organik maupun unorganik.Adapun pemateri dalam pelatihan ini khusus didatangkan dari Makassar yang sebelumnya sukses menggelar Makassar Green and Clean.
Sejak digulirnya program Morowali Green Office,wajah perkantoran Fonuasingko Kabupaten Morowali kini mulai berubah.Ratusan tanaman pohon trambesi berjejer di sekeliling jalan masuk areal perkantoran Funuasingko maupun kantor Bupati Morowali. Begitupula di halaman setiap SKPD kini dikelilingi pohon trambesi.
“Uniknya setiap pohon dipasangi nama pegawai maupun pejabat yang menanamnya,” katanya.
Saat lounching Morowali Green Office,28 Maret 2011 lalu Bupati Morowali menginstruksikan langsung kepada pejabat dan seluruh pegawai untuk menanam pohon di areal kantornya. ****